This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 08 Maret 2012

8 Gosip dan Fakta Tentang iPad 3



Apple telah meluncurkan iPad generasi terbaru semalam. Tapi, ada gosip dan fakta iPad baru tersebut sebelum dan setelah peluncuran yang bisa disimak.

Berikut 8 gosip dan fakta iPad 3 tersebut:

1. Nama
Sebelumnya dirumorkan bahwa iPad terbaru ini akan memiliki nama "iPad 3" sesuai urutan nomor perangkat yang telah diluncurkan sebelumnya. Tapi, sumber The Verge malah menyebut bahwa perangkat ini bakal disebut "iPad HD" karena memiliki spesifikasi lumayan tinggi dibanding pesaingnya.

Fakta: Ternyata Apple malah menyebut perangkat tersebut sama sekali berbeda dengan dugaan sebelumnya. Apple hanya menyebut "baru" dan iPad "generasi ketiga" alias tanpa embel-embel apapun.

2. Retina Display
Ini adalah rumor yang paling gampang ditebak oleh pakar IT. iPad generasi terbaru ini memakai tampilan retina dengan resolusi 2.048 x 1.536 pixel atau empat kali dari jumlah pixel yang ada di iPad pertama dan kedua.

Rumor ini tidak dianggap baru sama sekali. Sebelum iPad 2 beredar, tersiar rumor bahwa Apple berencana menambahkan Retina Display untuk tablet. Ternyata rumor itu disimpannya di iPad generasi ketiga ini.

Bahkan Nouvoyance, anak usaha Samsung telah menunjukkan Retina Display ke publik pada pertengahan 2011. Sebuah layar iPad diduga dipotong agar disesuaikan dengan kepadatan pikselnya pada Februari lalu. Hasilnya, kepadatan pikselnya lebih tinggi dari semula.

Fakta: iPad generasi ketiga memakai resolusi 2048 x 1536 pixel dengan kepadatan 264 pixel per inci. Artinya, tampilannya mendekati tampilan cetak / majalah jika dilihat dari jarak 15 inci. Tapi ternyata resolusi itu jauh lebih rendah dibanding resolusi iPhone 4 atau 4S (640 x 960 piksel dengan 330 ppi) dan iPod Touch (326 ppi).

3. Prosesor Quad-core
Rumor quad core berasal dari laporan Bloomberg di Januari lalu yang juga menyebut iPad generasi ketiga akan diberikan 4G LTE. Sumber 9to5Mac menyebut OS yang digunakan adalah iOS 5.1. Kabar sebelumnya juga tersiar bahwa iPad generasi ketiga ini akan memakai prosesor terbaru dari Apple, A6.

Fakta: Ternyata Apple hanya memberikan prosesor A5X. Prosesor utamanya masih dual core,tapi prosesor grafisnya sudah memiliki empat inti alias quad core.

4. 4G LTE
Maraknya 4G di AS menguatkan rumor iPad akan diberikan koneksi jaringan 4G. Salah satu indikasi yang menguatkan rumor ini adalah Qualcomm telah merilis chip 4G terbaru pada November 2011.

Fakta: iPad generasi terbaru ini sudah memakai jaringan 4G LTE. Di AS, iPad generasi ketiga akan dijual dengan paket dari Verizon Wireless dan AT&T. Apple telah membuat versi khusus untuk operator masing-masing, karena koneksi 4G mereka berbeda

5. Kamera lebih baik
Pada iPad 2 Apple memberikan dua kamera, satu di depan dan satu di belakang. Tapi kualitas kameranya tidak sebagus kamera iPhone. Laporan iLounge, kualitas kamera di iPad 2 telah ditambahkan teknologi FaceTime dengan kualitas HD untuk video conference.

Bulan lalu, iPad generasi ketiga dibocorkan hadir dengan lubang lebih besar di casing belakang. Indikasinya, resolusi kamera akan diperbesar.

Fakta: iPad baru hadir dengan kamera 5MP di bagian belakang yang dinamai iSight dan kamera depan yang disebut FaceTime Camera.

6. Harga
saat iPad 2 keluar, harga iPad pertama langsung dipangkas. Tapi  sebelum iPad baru ini keluar, ada rumor dari Apple bahwa harga iPad 2 akan dijaga. Hal yang sama juga dilakukan pada iPhone 4 dan 3GS, meski harganya lebih rendah dari iPhone 4S.

Laporan Digitimes pada Januari lalu, iPad 2 akan terus dijual, meski akan diturunkan hingga 299 dollar AS agar bisa bersaing dengan tablet setingkatnya. Bahkan minggu lalu sempat tersiar kabar, Apple akan membuat iPad 2 dengan kapasitas 8GB, setelah iPad baru ini.

Fakta: Ini adalah setengah benar. Apple hanya akan menjaga harga iPad 2 tapi hanya yang berkapasitas 16GB, yang masing-masing 399 dollar AS (wifi) dan 529 dollar AS (3G).

7. Diskon harga
Ada rumor dari situs mikroblogging China Sena Weibo yang menyebut bahwa harga iPad ketiga ini akan dipangkas hingga 70-80 dollar dibanding iPad terdahulu.

Sumber 9to5Mac menolak laporan itu dan mengabarkan iPad ketiga akan hadir dalam kapasitas dan harga yang sama dengan iPad 2.

Fakta: iPad terbaru ditawarkan dengan kapasitas dan harga yang sama dengan iPad 2.

8. Perangkat port dock
Ada kabar bahwa Apple membuat port dock yang lebih kecil dari ukuran sebelumnya.

Fakta: Ini tidak terjadi, adaptor dock 30 masih ada.

Selasa, 06 Maret 2012

Sejarah Film Dokumentar Dari Masa Ke Masa


  Film dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi “dokumenter” sendiri selalu berubah sejalan dengan perkembangan film dokumenter dari masa ke masa. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital). Berikut adalah ulasan singkat mengenai perkembangan sejarah film dokumenter dari masa ke masa.
..
Era Film Bisu









 Sejak awal ditemukannya sinema, para pembuat film di Amerika dan Perancis telah mencoba mendokumentasikan apa saja yang ada di sekeliling mereka dengan alat hasil temuan mereka. Seperti Lumiere Bersaudara, mereka merekam peristiwa sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka, seperti para buruh yang meninggalkan pabrik, kereta api yang masuk stasiun, buruh bangunan yang bekerja, dan lain sebagainya. Bentuknya masih sangat sederhana (hanya satu shot) dan durasinya pun hanya beberapa detik saja. Film-film ini lebih sering diistilahkan “actuality films”. Beberapa dekade kemudian sejalan dengan penyempurnaan teknologi kamera berkembang menjadi film dokumentasi perjalanan atau ekspedisi, seperti South (1919) yang mengisahkan kegagalan sebuah ekspedisi ke Antartika.

Tonggak awal munculnya film dokumenter secara resmi yang banyak diakui oleh sejarawan adalah film Nanook of the North(1922) karya Robert Flaherty. Filmnya menggambarkan kehidupan seorang Eskimo bernama Nanook di wilayah Kutub Utara. Flaherty menghabiskan waktu hingga enam belas bulan lamanya untuk merekam aktifitas keseharian Nanook beserta istri dan putranya, seperti berburu, makan, tidur, dan sebagainya. Sukses komersil Nanook membawa Flaherty melakukan ekspedisi ke wilayah Samoa untuk memproduksi film dokumenter sejenis berjudulMoana (1926). Walau tidak sesukses Nanook namun melalui film inilah pertama kalinya dikenal istilah “documentary”, melalui ulasan John Grierson di surat kabar New York Sun. Oleh karena peran pentingnya bagi awal perkembangan film dokumenter, para sejarawan sering kali menobatkan Flaherty sebagai “Bapak Film Dokumenter”.


..
Sukses Nanook juga menginspirasi sineas-produser Merian C. Cooper dan Ernest B. Schoedsack untuk memproduksi film dokumenter penting, Grass: A Nation's Battle for Life (1925) yang menggambarkan sekelompok suku lokal yang tengah bermigrasi di wilayah Persia. Kemudian berlanjut dengan Chang: A Drama of the Wilderness (1927) sebuah film dokumenter perjalanan yang mengambil lokasi di pedalaman hutan Siam (Thailand). Eksotisme film-film tersebut kelak sangat mempengaruhi produksi film (fiksi) fenomenal produksi Cooper, yaitu King Kong(1933). Di Eropa, beberapa sineas dokumenter berpengaruh juga bermunculan. Di Uni Soviet, Dziga Vertov memunculkan teori “kino eye”. Ia berpendapat bahwa kamera dengan semua tekniknya memiliki nilai lebih dibandingkan mata manusia. Ia mempraktekkan teorinya melalui serangkaian seri cuplikan berita pendek, Kino Pravda(1922), serta The Man with Movie Camera (1929) yang menggambarkan kehidupan keseharian kota-kota besar di Soviet. Sineas-sineas Eropa lainnya yang berpengaruh adalah Walter Ruttman dengan filmnya, Berlin - Symphony of a Big City (1927) lalu Alberto Cavalcanti dengan filmnya Rien Que les Heures.

Era Menjelang dan Masa Perang Dunia
..









 Film dokumenter berkembang semakin kompleks di era 30-an. Munculnya teknologi suara juga semakin memantapkan bentuk film dokumenter dengan teknik narasi dan iringan ilustrasi musik. Pemerintah, institusi, serta perusahaan besar mulai mendukung produksi film-film dokumenter untuk kepentingan yang beragam. Salah satu film yang paling berpengaruh adalah Triump of the Will (1934) karya sineas wanita Leni Riefenstahl, yang digunakan sebagai alat propaganda Nazi. Untuk kepentingan yang sama, Riefenstahl juga memproduksi film dokumenter penting lainnya, yakni Olympia (1936) yang berisi dokumentasi even Olimpiade di Berlin. Melalui teknik editing dan kamera yang brilyan, atlit-atlit Jerman sebagai simbol bangsa Aria diperlihatkan lebih superior ketimbang atlit-atlit negara lain.

Di Amerika, era depresi besar memicu pemerintah mendukung para sineas dokumenter untuk memberikan informasi seputar latar-belakang penyebab depresi. Salah satu sineas yang menonjol adalah Pare Lorentz. Ia mengawali dengan The Plow that Broke the Plains (1936), dan sukses film ini membuat Lorentz kembali dipercaya memproduksi film dokumenter berpengaruh lainnya, The River (1937). Kesuksesan film-film tersebut membuat pemerintah Amerika serta berbagai institusi makin serius mendukung proyek film-film dokumenter. Dukungan ini kelak semakin intensif pada dekade mendatang setelah perang dunia berkecamuk.
..
Perang Dunia Kedua mengubah status film dokumenter ke tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah Amerika bahkan meminta bantuan industri film Hollywood untuk memproduksi film-film (propaganda) yang mendukung perang. Film-film dokumenter menjadi semakin populer di masyarakat. Sebelum televisi muncul, publik dapat menyaksikan kejadian dan peristiwa di medan perang melalui film dokumenter serta cuplikan berita pendek yang diputar secara reguler di teater-teater. Beberapa sineas papan atas Hollywood, seperti Frank Capra, John Ford, William Wyler, dan John Huston diminta oleh pihak militer untuk memproduksi film-film dokumenter Perang. Capra misalnya, memproduksi tujuh seri film dokumenter panjang bertajuk, Why We Fight (1942-1945) yang dianggap sebagai seri film dokumenter propaganda terbaik yang pernah ada. Capra bahkan bekerja sama dengan studio Disney untuk membuat beberapa sekuen animasinya. Sementara John Ford melalui The Battle of Midway (1942) dan William Wyler melalui Memphis Belle (1944) keduanya juga sukses meraih piala Oscar untuk film dokumenter terbaik.

Era Pasca Perang Dunia

 Pada era setelah pasca Perang Dunia Kedua, perkembangan film dokumenter mengalami perubahan yang cukup signifikan. Film dokumenter makin jarang diputar di teater-teater dan pihak studio pun mulai menghentikan produksinya. Semakin populernya televisi menjadikan pasar baru bagi film dokumenter. Para sineas dokumenter senior, seperti Flaherty, Vertov, serta Grierson sudah tidak lagi produktif seperti pada masanya dulu. Sineas-sineas baru mulai bermunculan dan didukung oleh kondisi dunia yang kini aman dan damai makin memudahkan film-film mereka dikenal dunia internasional. Satu tendensi yang terlihat adalah film-film dokumenter makin personal dan dengan teknologi kamera yang semakin canggih membantu mereka melakukan berbagai inovasi teknik. Tema dokumenter pun makin meluas dan lebih khusus, seperti observasi sosial, ekspedisi dan eksplorasi, liputan even penting, etnografi, seni dan budaya, dan lain sebagainya.

Sineas Swedia, Arne Sucksdorff menggunakan lensa telefoto dan kamera tersembunyi untuk merekam kehidupan satwa liar dalam The Great Adventure (1954); Oceanografer Jeacques Cousteau memproduksi beberapa seri film dokumenter kehidupan bawah laut, seperti The Silent World (1954); Observasi kota tampak melalui karya Frank Stauffacher,Sausalito (1948) serta Francis Thompson, N.Y., N.Y. (1957). Mengikuti gaya eksotis Flaherty, John Marshall memproduksi The Hunters (1956) mengambil lokasi di gurun Kalihari di Afrika. Lalu Robert Gardner memproduksi salah satu film antropologis penting, Dead Birds (1963) yang menggambarkan suku Dani di Indonesia dengan ritual perangnya. Di Perancis, beberapa sineas berpengaruh seperti Alan Resnais, Georges Franju, serta Chris Marker lebih terfokus pada masalah seni dan budaya. Resnais mencuat namanya setelah filmnya, Van Gogh (1948) meraih penghargaan di Venice dan Academy Award. Franju memproduksi beberapa film dokumenter berpengaruh seperti Blood of the Beast (1948) dan Hotel des invalides (1951). Sementara Marker memproduksi Sunday in Peking (1956) dan Letter from Siberia (1958).

Direct Cinema
..
 Pada akhir 50-an hingga pertengahan 60-an perkembangan film dokumenter mengalami perubahan besar. Dalam produksinya, sineas mulai menggunakan kamera yang lebih ringan dan mobil, jumlah kru yang sedikit, serta penolakan terhadap konsep naskah dan struktur tradisional. Mereka lebih spontan dalam merekam gambar (tanpa diatur), minim penggunaan narasi dengan membiarkan obyeknya berbicara untuk mereka sendiri (interview). Pendekatan ini dikenal dengan banyak istilah, seperti “candid” cinema, “uncontrolled” cinema, hingga cinéma vérité (di Perancis), namun secara umum dikenal dengan istilah Direct Cinema. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya tren ini, yakni gerakan Neorealisme Italia yang menyajikan keseharian yang realistik, inovasi teknologi kamera 16mm yang lebih kecil dan ringan, inovasi perekam suara portable, serta pengisi acara televisi yang popularitasnya semakin tinggi. Pendekatan Direct Cinema terutama banyak digunakan sineas asal Amerika, Kanada, dan Perancis.

Di Amerika, pengusung Direct Cinema yang paling berpengaruh adalah Robert Drew, seorang produser yang juga jurnalis foto. Drew membawahi beberapa sineas dokumenter berpengalaman seperti, Richard Leacock, Don Pannebaker, serta David dan Albert Maysles. Drew memproduksi film-film dokumenter yang lebih ditujukan untuk televisi, satu diantaranya yang paling berpengaruh adalah Primary (1960). Film ini menggambarkan kontes politik antara John Konnedy dan Hubert Humprey di Wisconsin. Drew bersama para asistennya merekam momen demi momen secara spontan. Secara bergantian kamera mengikuti kemana pun dua politisi tersebut pergi, di tempat kerja, bertemu publik di jalanan, berpidato, dan bahkan ketika tengah bersantai di hotel. Dalam perkembangan Leacock, Pannebaker, dan Maysles meninggalkan perusahaan milik Drew dan membentuk perusahaan mereka sendiri. Beberapa diantaranya memproduksi film-film dokumenter penting, seperti What’s Happening! The Beatles in New York (1964) arahan Maysles Bersaudara yang dianggap merupakan film dokumenter Amerika pertama tanpa penggunaan narasi sama sekali.

Di Perancis, salah satu pengusung cinéma vérité yang paling berpengaruh adalah Jean Rouch. Salah satu karyanya yang dianggap paling berpengaruh (bahkan di dunia) adalah Cronicle of a Summer (1961). Rouch berkolaborasi dengan sosiologis, Edgar Morin menggunakan pendekatan baru cinéma vérité, yakni tidak hanya semata-mata melakukan observasi dan bersimpati namun juga provokasi. “You push these people to confess themselves… it’s very strange kind of confession in front of the camera, where the camera is, let’s say, a mirror, and also a window open to the outside” ungkap Rouch. Dalam filmnya tampak Morin berdiskusi dengan pelajar serta para pekerja di Kota Paris tentang kehidupan mereka dengan melayangkan pertanyaan kunci, “Are you happy?”. Rouch membiarkan subyeknya mendefinisikan sendiri masalah mereka secara alamiah melalui performa mereka di depan kamera.
..
Sejak pertengahan 60-an, pengembangan teknologi kamera 16mm dan 35 mm yang semakin canggih serta ringan makin menambah fleksibilitas para pengusung Direct Cinema. Sejak awal 60-an, hampir semua sineas dokumenter telah menggunakan teknik kamera handheld untuk merekam segala peristiwa. Direct Cinema juga berpengaruh pada perkembangan film fiksi secara estetik melalui gerakan new wave, seperti di Perancis. Para sineas new wave seringkali menggunakan kamera handheld, pencahayaan yang tersedia, kru yang minim, serta shot on location. Bahkan film-film (fiksi) mainstream pun seringkali mengadopsi teknik Direct Cinema untuk menambah unsur realisme sebuah adegan. Pendekatan Direct Cinemasecara umum berpengaruh perkembangan seni film di dunia terutama pada era 60-an dan 70-an.
..
Warisan Direct Cinema dan Perkembangannya Hingga Kini











 

Dalam perkembangannya, Direct Cinema terbukti sebagai kekuatan yang berpengaruh sepanjang sejarah film dokumenter. Berbagai pengembangan serta inovasi teknik serta tema bermunculan dengan motif yang makin bervariasi. Salah satu bentuk variasi dari Direct Cinema yang paling populer adalah “rockumentaries” (dokumentasi musik rock).Rockumentaries memiliki bentuk serta jenis yang beragam. Let it Be (1970) memperlihatkan grup musik legendaris The Beatles yang tengah mempersiapkan album mereka. Woodstock: Three Days of Peace & Music (1970) garapan Michael Wadleigh merupakan dokumentasi dari festival musik tiga hari di sebuah lahan pertanian yang menampilkan beberapa musisi rock papan atas. Woodstock sering dianggap sebagai film dokumenter musik terbaik sepanjang masa dan menjadi dasar berpijak bagi film-film dokumentasi sejenis berikutnya. Pada dekade mendatang, This is Spinal Tap (1984) merupakan sebuah parodi rockumentary yang terbukti paling sukses komersil pada masanya.

Tradisi Direct Cinema juga tampak pada film-film kontroversial karya Fredrick Wiseman. Film-filmnya banyak bersinggungan dengan kontrol sosial, berkait erat dengan birokrasi dan bagaimana masyarakat dibuat frustasi olehnya. Dalam film debutnya, High School (1968) memperlihatkan bagaimana para siswa berontak melawan birokrasi di sekolah mereka. Maysles Bersaudara memproduksi film “Direct Cinema” Amerika berpengaruh, Salesman (1966) yang menggambarkan seorang salesman yang gagal. Sejak era 70-an, format film dokumenter mulai berubah melalui kombinasi pendekatan Direct Cinema, kompilasi footage, narasi, serta iringan musik. Salah satu sineas yang mempelopori format kombinasi ini adalah Emile De Antonio melalui film anti perangnya, Vietnam: In the Year’s of the Pig (1969). Dalam perkembangannya format ini mendominasi gaya film dokumenter selama beberapa dekade ke depan. Munculnya format digital juga semakin memudahkan siapa pun untuk memproduksi film dokumenter. Kritik sosial dan politik, lingkungan hidup, serta keberpihakan kaum minoritas masih menjadi menu utama tema film dokumenter beberapa dekade ke depan.

Beberapa sineas dokumenter berpengaruh muncul selama periode 70-an hingga kini. Erol Morris memproduksi film-film dokumenter unik dengan tema dan subyek yang tak lazim, seperti Gates of Heaven (1978), The Thin Blue Line (1988), serta Mr. Death (2000). Barbara Kopple dikenal melalui filmnya bertema demonstasi buruh, yakni, Harlan County, USA (1976) dan American Dream (1990). Michael Moore gemar melakukan kritik sosial dan politik melalui film-filmnyaRoger and Me (1989), Bowling for Columbine(2001), Fahrenheit 9/11 (2004) serta Sicko. Kevin Rafferty dikenal melalui film-filmnya seperti The Atomic Café (1982) dan The Last Cigarettes (1999). Pendekatan eksotis Flaherty juga masih tampak dalam film peraih Oscar, March of the Penguins (2005) yang tercatat sebagai film dokumenter terlaris sepanjang masa. Selama sejarah perkembangannya, film dokumenter terbukti dapat lebih manipulatif ketimbang film-film fiksi komersil. Film dokumenter melalui penyajian dan subyektifitasnya seringkali cenderung menggiring kita untuk memihak. Masalah etika dan moral selalu dipertanyakan. Sineas dokumenter seyogyanya tidak hanya mampu menyajikan fakta namun juga kebenaran. (hp)

Mengenal Lebih Jauh Tokoh Tintin & Milo


Tintin dan Milo (dalam bahasa Perancis-nya, Tintin et Milou) adalah seorang tokoh fiktif dalam komik serial Petualangan Tintin yang di ilustrasi dan ditulis oleh kartunis dari BelgiaGeorges Remi, atau yang lebih dengan nama Hergé. Ia adalah wartawan muda yang selalu ditemani dengan anjing setianya yang bernama Milo dan pergi berkeliling dunia. Ini adalah serial komik yang sangat laris di Eropa dan hampir seluruh dunia, khususnya di BelgiaPerancis dan Belanda.




Tintin


Biografi Fiktif



Hergé membuat tokoh ini terinspirasi dari tokoh komik yang diciptakan oleh Benjamin Rabier, Tintin Lutin yang muncul pertama kali pada tahun 1897.
Tintin muncul pertama kali di sisipan anak-anak dari surat kabar "Le Petit Vingtième pada 10 Januari, 1929, dan peringatan hari kelahirannya yang ke 75 tahun telah diperingati secara meriah di tahun2004Tintin sebenarnya diciptakan berdasarkan tokoh awal yang dibuat oleh Herge, yaitu tokoh pandu yang lucu bernama TotorKomik yang menampilkannya, Les aventures de Totor, chef de patrouille des Hannetons ditulis dalam bahasa Perancis. Atau dalam bahasa Inggrisnya adalah The Adventures of Totor, Leader of the Cockchafer Patrol muncul pertama kali dalam majalah kepanduan berjudul "Le Boy-Scout Belge" antara tahun1926 hingga tahun 1929.
Dalam cerita komik selanjutnya Tintin adalah wartawan muda yang selalu terlibat dalam intrik-intrik internasional yang membahayakan dirinya, namun dengan kecepatannya dalam berpikir dan bertindak, keberaniannya and tak lupa keberuntungannya, dia selalu dapat menyelematkannya dari situasi tersebut. Hampir dalam setiap petualangan, dia mendapatkan tugas penyelidikan, namun amat jarang sekali dia tidak terlibat dalam suatu petualangan. Walaupun komik ini dibuat di Belgia, namun Hergé sebagai penciptanya tidak pernah melekatkan kebangsaan tertentu pada tokoh rekaannya, Tintin, selain dikatakan bahwa dia dikenal luas sebagai orang Eropa. Dalam buku-buku awalnya, seperti terlihat pada judul Tintin di Congo atau Pulau Hitam, terlihat jelas bahwa ia memiliki kebangsaan Belgia. Namun dalam cerita-cerita selanjutnya, kebangsaannya tidak pernah disinggung-singgung lagi. Selain itu dia tidak memiliki sejarah yang jelas tentang keluarga dan sejarahnya, meskipun jika dibaca dengan teliti beberapa adegan dalam episode Laut Merah nama jalan yang ditampilkan adalah nama-nama jalan di Brussel.
Umurnya tidak pernah secara tepat diungkapkan, dimana dia hanya disebutkan sebagai orang dewasa sebagaimana yang disebutkan dalam penjelasan dari DVDnya, namun di saat yang lain disebutkan bahwa dia masih anak-anak, seperti yang disebutkan dalam film serial televisinya. Di film serial kartunnya, dalam cerita Rahasia Unicorn terlihat bahwa dalam buku paspornya, terlihat bahwa dia terlahir di tahun 1929 (tahun dimana kemunculannya pertama kali). Berbagai macam surat kabar menyatakan bahwa umurnya adalah sekitar 15 tahun,[2] Time yang menunjukkan bahwa dia adalah kawula muda, sedangkan situs resminya Tintin.com menyatakan bahwa dia berusia antara 16 dan 18. Walaupun begitu, dalam buku komiknya menganggap dia anak muda dewasa, dimana tidak adanya orang tua yang mendampinginya kemanapun, dan tidak perlunya dia untuk pergi ke sekolah. Dan pada cerita yang lain, dia cukup dewasa untuk masuk ke sebuah pub dan minum segelas bir, seperti yang bisa dilihat pada cerita Pulau Hitam. Jika dicermati agak mendalam, umurnya tetap walaupun ia pernah mengikuti masa penganeksasian Cina oleh Jepang, (Lotus Biru,1931) dan terbang dengan sebuah Boeing 707 dalam cerita (Penerbangan 714 ke Sydney1968).

Karakter

Umum

Para pembaca dan kritikus menggambarkan karakternya teramat lengkap, dan juga karakter yang terbuka, walaupun dia memiliki kepribadian yang tidak memihak -- netral -- yang menggambarkan keseimbangan antara sifat jahat, kebodohan yang ada disekelingnya. Idealisme kepanduannya, yang pada dasarnya menggambarkan karakter dari Hergé sendiri, dan statusnya itu memberikan kesempatan pada para pembaca untuk mengasumsikan posisinya dalam cerita, daripada memiliki suatu karakter yang tetap.[4] Ikon Tintin menggambarkan hal ini, dengan pernyataan dari Scott McCloud "memberikan kesempatan pada para pembaca untuk menyelami karakternya dan larut dalam dunianya".[5] Tintin memiliki karakter yang mudah diingat, dimana dia tidak memiliki ketertarikan seksual kepada lawan jenis ataupun memiliki perasaan romantis, seperti yang bisa ditemui dalam cerita Petualangan Tintin.
Dalam komiknya, Tintin digambarkan memiliki kecerdasan yang sangat tinggi dan memiliki karakter imaginatif. Selain itu ia dapat memahami dan mampu berkomunikasi dalam berbagai bahasa asing, dan memiliki pengetahuan yang amat luas dengan bidang yang lebar. Bila dicermati, dia juga mampu mengendarai mobilsepeda motortank, menunggang kuda dan menerbangkan pesawat terbang ataupun helikopter. Walaupun nampaknya dia lemah, dia digambarkan sangat atletis, memiliki kekuatan fisik yang sangat besar, dan memiliki kemampuan untuk mengalahkan lawan-lawannya yang kadang-kadang memiliki postur lebih darinya dalam suatu perkelahian. Dia juga menang dalam pertarungan tanpa senjata dengan seekor beruang besar coklat dalam episode Tintin in the Land of the Soviets. Tidak lupa pula, dia adalah perenang yang handal, pernah juga digambarkan berlatih yoga, dan selalu selamat dari kecelakaan yang secara umum harusnya menimbulkan luka-luka yang cukup serius.


Keluarga

Dalam serial ini, digambarkan bahwa dia tidak memiliki saudara sama sekali: baik IbuAyah ataupun saudara kandung. Dari keseluruhan cerita, dia hanya sempat membicarakan soal keluarga, yaitu ketika dia bertemu pertama kali dengan Kapten Haddock di Kepiting Bercapit Emas, dimana dia mengingatkan sang kapten untuk meninggalkan kebiasaannya untuk bermabuk-mabukan dengan mengingatkannya bagaimana perasaan Ibunya jika tahu anaknya sedang mabuk-mabukkan seperti itu. Ketiadaan anggota keluarga Tintin, sebenarnya tidak berhubungan dengan pengalamannya yang mampu berkelana ke seluruh penjuru dunia, dan selama itu ia hanya memiliki teman-teman sejatinya yang akhirnya menjadi saudaranya dan mereka saling bantu membantu sebagaimana layaknya suatu keluarga yang utuh.
Tidak seperti yang lainnya, seperti Haddock atau LakmusTintin tidak pernah bertemu teman-teman ataupun keluarganya. Sang Kapten memiliki kenangan akan badai di laut yang sangat ganas, sedangkan Profesor Lakmus bisa mengunjungi teman-temannya dari Universitas (dua hal tersebut dapat dibaca dalam episode 7 Bola Kristal), Tintin hampir-hampir tidak memiliki masa lalu sebelum cerita Tintin in the Land of the Soviets. Dua teman karibnya pernah bertemu dengan teman-teman yang belum pernah ditemui sebelumnya dalam serial ini, seperti Kapten Chester ataupun Hercule Tarragon — sedangkan Tintin hanya bertemu teman-temannya ataupun musuh-musuhnya dari cerita-cerita sebelumnya. (Dalam Tintin hasil karya Frederic Tuten, "Tintin in the New World", walaupun dianggap tidak sesuai dengan karya dari Herge, menyampaikan bahwa Tintin dibesarkan oleh Ibunya, yang kemudian wafat karena sakit ketika dia masih kecil. Dia tidak pernah bertemu dengan Ayahnya, dan dipercayai bahwa beliau sudah berpulang.)

Nama

Namanya, Tintin, hingga kini masih menjadi misteri, apakah itu sebuah nama depan atau nama belakang tetap tidak diketahui. Kemungkinan itu bukanlah nama sebenarnya, namun hanyalah sebuahpseudonim yang sering dipergunakan oleh para wartawan untuk melindungi identitas dirinya ketika membuat suatu tulisan dalam kolomnya pada surat kabar: Le Petit Vingtième. Ketika cerita ini dibuat, sangat umum bagi mereka, para penulis, untuk memakai pseudonim. Selain itu, dimungkinkan juga bahwa itu bukanlah namanya yang sebenarnya seperti yang bisa dibaca dalam kisah Cerutu Sang Firaun, ketika ia dituduh meracuni salah satu dari pelayan Sheik. Ketika ditangkap dan dihadirkannya dalam tenda sang Sheik, dan ditanyai soal namanya, ia menjawabnya dengan kalimat: "Namaku? Itu tidak penting untukmu... tapi ketika di rumah, mereka semuanya memanggilku Tintin."
Teori sederhana yang dianggap dapat menjelaskan misteri dari namanya adalah : sudah menjadi kenyataan bahwa setiap komikus Franco-Belgian, pada umumnya memiliki "pahlawannya" yang seringkali eksentrik, nama yang mudah untuk diingat yang bisa jadi berasal dari nama depan atau belakang sang tokoh. Banyak orang berpikir bahwa "Tintin" adalah sebuah nama belakang, namun nampaknya sang pengarang, Hergé tetap membiarkannya menjadi suatu misteriHergé adalah pengagum berat dari Benjamin Rabier dan kemungkinan ia mengambil nama itu dari tokoh Rabier, Tintin lutin (1897).


Perwatakannya

Dalam keseluruhan cerita, Tintin digambarkan memiliki sikap yang selalu ingin tahu, berjiwa mulia dan pemaaf. Sedangkan sikap idealismenya membuatnya banyak dikagumi oleh orang-orang yang pernah bertemu dengannya, namun tidak kurang juga karena sifatnya itu menempatkannya dalam keadaan yang berbahaya dan menjadi penyeimbang dari sifat-sifat skeptis ataupun putus asa dari karakter lainnya, misalnya Kapten Haddock. Pandangan politiknya juga tidak pernah jelas memihak yang mana, seperti ditemui dalam semua episodenya, dan teramat jarang terlihat ia mengemukannya pandangan politiknya. Terkecuali pada cerita-cerita awal seperti pada Tintin di Tanah Sovyet dan Tintin di Congo, digambarkan bahwa ia sangat bangga sebagai orang Belgia dan penganut agama Katolik yang taat. Namun pada buku-buku selanjutnya hal ini sangat dihindari. Pandangan-pandangannya selalu berubah dari waktu ke waktu, tergantung dari situasi yang sedang dihadapinya, sehingga ia bisa digolongkan sebagai orang yang cinta damai, yang ditunjukkan dengan ketidak sukaannya akan perang. Hanya dalam halaman awal dari Tintin dan Picaros, digambarkan ia memakai helm sepeda motor dengan simbol perdamaian.
Hingga akhir cerita, karakternya berubah cukup signifikan, dimana jikalau di awal-awal cerita digambarkan dia selalu aktif mencari petualangan-petualangan baru. Namun di episode-episode berikutnya, Tintin lebih digambarkan masuk ke dalam suatu petualangan dikarenakan situasi di sekelilingnya yang di luar dari kontrolnya. Hal ini bisa dilihat pada episode Penerbangan 714 ke Sydney dimana dia diculik atau dalam episode Tintin dan Picaros, dimana dia berusaha untuk menolong teman baiknya. Dalam dua episode tersebut terlihat jelas, dia kehilangan semangatnya untuk berpetualang atas inisiatifnya sendiri sesuai dengan jiwa mudanya, namun digantikan oleh kewajaran semata. Hal ini menimbulkan perdebatan yang cukup sengit antara pembaca-pembacanya dan para kritikus, tentang perubahan ini semua, sehingga tidak mengherankan karyanya ini menuai banyak kritikan negatif. Para kritikus berpendapat bahwa buku-buku ini mewakili keanehan-keanehan, ataupun teka-teki, sedangkan yang lainnya menyatakan bahwa perubahan karakternya itu adalah penggambaran sifatnya yang lebih komplek.
Hergé menyanggahnya dengan menyatakan bahwa, dalam kariernya yang semakin dewasa, "Tintin telah kehilangan kontrol, dia tidak menjadi tokoh utama lagi, namun ia menjadi bagian dari cerita."[6]Namun dalam episode yang tidak terselesaikan oleh HergéTintin dan Alph-ArtTintin menemukan kembali gairahnya untuk lebih aktif mencari petualangan baru.


Inspirasi



Beberapa saat sebelum meninggal dunia, seorang bekas kaki tangan Nazi Jerman berkebangsaan BelgiaLéon Degrelle membuat suatu pernyataan kontroversial dimana ia menyatakan bahwa Tintin sebenarnya diciptakan dari karakter pribadinya. Degrelle memang mengenal Hergé dalam awal-awal kariernya sebagai wartawan, namun pernyataannya itu hanyalah usahanya untuk membela dirinya dari tuduhan sebagai kaki tangan Nazi Jerman dengan menampilkan sisi baiknya sebagai seorang Tintin.

Di awal-awal episodenya, Tintin diinspirasikan oleh adik laki-laki dari Hergé, Paul Remi, seorang prajurit karier. Karena seringnya diolok-olok oleh temannya sebagai "Mayor Tintin" oleh teman-temannya, Paul kemudian memotong rambutnya mengikuti gaya potongan rambut alat Erich von Stroheim. Dengan model rambutnya yang baru Hergé menjadikannya model untuk penjahat bernama Kolonel Sponsz di Penculikan LakmusTintin dan Sponsz, walaupun secara bentuk fisik amat berbeda, namun sebenarnya memiliki model rambut yang hampir mirip.[8]
Dalam mendesain pakaian yang akan dipakai oleh TintinHergé mendapatkan idenya dari berbagai sumber. Seorang teman sekolah Hergé dari St Boniface, yang benama Charles, telah mengambil gaya berbusana "plus fours" dan memakai kaos kaki yang memiliki pola "Argyle", yang mana membuatnya menjadi bahan ejekan dari teman-temannya. Gaya berbusana plus four adalah memakai celana yang panjangnya 4 inchi dibawah lutut. Gaya ini diasosikan dengan gaya berpakaian para olahragawan sejak tahun 1860-an dan seringnya dipakai dalam olahraga golf. Sedangkan motif argyle adalah suatu motif yang terbuat dari bentuk jajaran genjang yang tersusun secara diagonal, sebagaimana yang terlihat pada foto disamping. Harry Thompson mencatat, bahwa ide tersebut sedikit memberi warna pada cerita serial ini, dan menyarankan jika saja "Hergé menjadi pengikut dari laughers, maka sebuah elemen kesalahan telah disertakan dalam penulisannya."
Tiga buku awal dari serial ini, terlihat Tintin mengunjungi tempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh seorang fotographer bernama Robert Sexé, yang terekam pada surat kabar terbitan Belgia dari sejak pertengahan hingga akhir tahun 1920-an. Sexé dilahirkan pada tahun 1890 di suatu daerah yang bernama La Roche-sur-Yon di Vendée di bagian Barat dari Perancis. Janpol Schulz menuliskan sebuah biografi yang menceritakan tentang Robert Sexé, dan diberikan judul "Sexé au pays des Soviets" (Sexé di tanah Soviet) yang sekilas memiliki judul yang hampir sama dengan episode pertama dari serial komik "Petualangan Tintin".
Robert Sexé dikenali memiliki perawakan sebagaimana layakna tokoh Tintin, dan Yayasan Hergé yang berpusat di Belgiapun mengakui bahwa tidak sulit dibayangkan bagaimana seorang Hergémendapatkan pengaruh yang cukup kuat dari seorang Sexé. Pada masa itu, Sexé telah berkelana ke seluruh penjuru dunia dengan mengendarai sebuah sepeda motor yang dibuat oleh Gillet ofHerstal. René Milhoux adalah juara dunia dan pemegang rekor untuk kejuaraan sepeda motor pada masa itu, dan pada tahun 1928, sedangkan pada saat yang bersamaa, Sexé sedang berada diHerstal dan sedang berdiskusi dengan Léon Gillet tentang rencana besarnya. Gillet pun mempertemukannya dengan sang juara dunia, Milhoux. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kedua orang ini menjadi teman baik, dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam membicarakan tentang sepeda motor, dimana Sexé menjelaskan tentang kebutuhan-kebutuhannya dan Milhoux membagi pengetahuannya atas dunia mekanik serta bagaimana membuat sepeda motor-sepeda motor tersebut memberikan kemampuan maksimalnya dalam suatu lomba. Dengan menyatunya dua manusia ini, maka Robert Sexé dapat pergi berkelana ke seluruh penjuru dunia, dan menuliskannya sebagai suatu karya yang tidak ternilai harganya untuk dunia kewartawanan. Sekjen dari Yayasan Hergé diBelgia mengakui bahwasanya seorang Hergé, sangat terpengaruh oleh kedua manusia yang luar biasa ini sehingga terciptalah tokoh Tintin seorang wartawan muda yang suka berpetualang dan temannya yang setia Milo (Snowy).
Hergé sendiripun mengaui bahwa sedikit banyak Tintin hidup dalam dirinya, dan walaupun dalam suatu rekaman wawancara yang dilakukan pada tahun 1947 bahwa "Tintin itu bukan aku, dan jika dia harus hidup dalam dunia ini, maka ia adalah suatu mahakarya sempurna dari-Nya dan membuatku tak habis-habisnya menggali karaternya", namun di lain waktu dia menyatakan bahwa "Tintin, c'est moi!" ("Tintin itu ya aku!").

Milo


Milo' (Snowy dalam bahasa Inggris atau Milou dalam bahasa Perancisnya) adalah seekor anjing jenis fox terrier yang merupakan teman setia Tintin dalam seriPetualangan Tintin. Hubungan di antara mereka sangatlah dalam, dan mereka telah saling menyelamatkan satu dengan yang lain di berbagai situasi bahaya, serta sekali (dalam Cerutu Sang Firaun), ada gambar menyedihkan, Milo putus asa, menangisi kuburan tuannya seperti Greyfriars Bobby.


Pilihan Ras

Hergé memilih jenis ras fox terrier putih total sebagai representasi Milo, teman setia Tintin. Anjing jenis ini dipilih karena pada tahun 1929 hingga tahun 1930-an, adalah jenis yang sedang naik daun, bersaing dengan Bedlington untuk status anjing kelas atas. [15]. Jenis ini dipilih karena populer akan keberanian, karakter, dan kepandaiannya – yang jelas terlihat pada Milo. Walaupun terinspirasi dari jenis ini, warna putih total merupakan warna yang tidak biasa pada jenis itu. Dalam keluarga Hergé, tak ada yang mempunyai anjing jenis ini , namun pemilik restoran-kafe yang sering didatangi wartawan Le Petit Vingtième Siècle memilikinya. Dan anjing itulah yang dipinjam dalam acara pesta penyambutan besar-besaran yang diadakan di stasiun Gare du NordBrussel, sekembalinya si tokoh baru dari Uni Sovyet
Dengan beberapa perkecualian, Milo tidak pernah berbicara (walaupun ia secara tetap diperlihatkan sedang berpikir dengan memakai bahasa manusia), semenjak ia hanyalah "seekor anjing". Namun demikian, ia selalu dapat berkomunikasi dengan tuannya secara baik. Ia juga seringkali menambah hal-hal yang menarik dalam alur cerita Petualangan Tintin. Contohnya, ia adalah satu-satunya tokoh dalam "Penerbangan 714 ke Sydney" yang ingat mengenai peristiwa penculikan oleh makhluk luar angkasa.
Seperti juga Kapten HaddockMilo sangat suka minum, minuman keras Whisky bermerk Loch Lomond. Beberapa kali ia minum minuman beralkohol tinggi tersebut dan seringkali membuatnya terlibat dalam masalah --- sama seperti rasa takutnya yang sangat besar terhadap laba-laba atau yang lebih dikenal dengan arachnophobia.
Karakter Milo tumbuh dan berkembang sepanjang serial Petualangan Tintin, dan paling terpengaruh perkembangan karakternya oleh kehadiran Kapten Haddock dalam "Kepiting Bercapit Emas". Sebelum Haddock hadir, Milo adalah sumber dari komentar sampingan yang sinis dan pesimis untuk mengimbangi cara pandang tuannya yang selalu positif dan optimis. Ketika Haddock mulai muncul dalam serial ini, Sang Kapten mengambil alih peran sebagai suara yang sinis dan Milo secara bertahap memperoleh peran yang lucu-lucu saja, seperti mengejar-kejar kucing Marlinspike Hall dan meminum whisky-nya Kapten Haddock.


Nama

Dalam edisi aslinya, Milo diberi nama Milou. Nama ini diambil dari nama pacar pertama Hergé (sang penulis), Marie-Louise yang disingkat menjadi "Malou", walaupun Milo selalu dianggap sebagai seekor anjing jantan di seluruh seri. Dalam edisi yang berbahasa Portugis dari episode Tintin di Congo, yang diterjemahkan menjadi judul Tintin em Angola, dapat ditemukan bahwa Milo berbulu kuning.
Dalam terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia, pertama kali dia diberi nama "Snowy" sebagaimana yang terlihat pada komik terbitan dari Tiga Lima dan Indira. Hal ini dikarenakan pada penerbitan awalnya, mereka mengacu pada karya ini yang sudah dialih bahasakan ke Bahasa Inggris, dimana dalam edisi itu dia bernama Snowy. Namun ketika diterbitkan ulang oleh Gramedia di tahun 2008, maka namanya diubah menjadi lebih mirip ke nama aslinya dalam Bahasa Perancis yaitu, Milou, yaitu Milo. Hal ini dilakukan sesuai dengan arahan dari penerbit dimana dia pertama kali diterbitkan, yaitu di Belgia oleh penerbit Casterman. Perubahan nama ini tidak cukup mengganggu bagi para pencinta komik ini yang baru saja mengenalnya, namun akan sedikit diperlukan penyesuaian bagi para penggemar lama komik ini.